Menumbuhkan jiwa entrepreneurship dan kewirausahaan bagi pemuda memang tidaklah mudah. Setiap tahun mereka yang lulus dari perguruan tinggi, sangat sedikit sekali yang mampu mencari lapangan pekerjaan, selebihnya menjadi pengangguran. Hal ini menjadi masalah bersama yang harus di tangani oleh semua pihak. Oleh karena itu kita harus berpikir bagaimana mengatasi kesenjangan, antara lapangan pekerjaan yang ada dengan lulusan-lulusan siap kerja dari sekolah dan perguruan tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut, mengajak mereka untuk mandiri dalam berwira usaha, serta membuka lapangan pekerjaan baru.
Jumlah pengusaha muda di Indonesia harus bertambah agar dapat mengimbangi jumlah angkatan kerja baru, yang setiap tahunnya juga bertambah. Sebagai profesional muda, pengusaha-pengusaha muda ini natinya diharapkan dapat membangun serta menumbuhkan usahanya. Menjadi pengusaha muda pastinya selalu dimulai dengan usaha belajar, dalam berkecimpung di dunia bisnis. Seorang entrepreneur sejatipun tidak akan pernah berhenti belajar untuk memajukan bisnisnya, karena itu banyak yang harus diperhatikan dalam membangun dan menumbuhkan usaha yang sedang dijalankan, mulai dari pemilihan usaha sampai pada networking, haruslah dipahami dengan benar.
Banyak organisasi atau lembaga yang perduli dengan keberadaan pengusaha-pengusaha muda ini, salah satunya adalah Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Surabaya. Hipmi merupakan sebuah organisasi yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan bagi kalangan muda, karena masih sedikit kaum muda yang bercita-cita untuk menjadi pengusaha. Hipmi juga mempunyai visi menjadikan Usaha Kecil Menengah sebagai pilar utama dan lokomotif pembangunan ekonomi nasional.

SEJARAH HIPMI

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) didirikan pada tanggal 10 Juni 1972. Pendirian organisasi ini dilandasi semangat untuk menumbuhkan wirausaha di kalangan pemuda, karena pada saat itu tidak banyak kaum muda yang bercita – cita menjadi pengusaha.
Para pendiri yang rata – rata merupakan pengusaha pemula yang terdiri dari Drs. Abdul Latief, Ir. Siswono Yudo Husodo, Teu ku Sj ahrul, Datuk Hakim Thantawi, Badar Tando, Irawan Djajaatmadja, SH , Hari Sjamsudin Mangaan, Pontjo Sutowo, dan Ir. Mahdi Diah.
Pada saat itu anggapan yang berkembang di masyarakat menempatkan kelompok pengusaha pada strata yang sangat rendah sehingga sebagian besar anak muda terutama kalangan intelektual lebih memilih profesi lain seperti birokrat, TNI / POLRI dan sebagainya.
Dalam perjalanannya sampai terjadinya krisis ekonomi di tahun 1998, HIPMI telah sukses mencetak kaderisasi wirausaha, dengan tampilnya tokoh – tokoh muda dalam percaturan dunia usaha nasional maupun internasional. Keadaan itu kemudian dapat merubah pandangan masyarakat terhadap profesi pengusaha pada posisi terhormat.
Pada Era Reformasi, terutama pasca krisis ekonomi, di tuntut adanya perubahan visi, dan misi organisasi. HIPMI senantiasa adaptif dengan paradigma baru yakni menjadikan Usaha Kecil – Menengah sebagai pilar utama dan lokomotif pembangunan ekonomi nasional.


link HIPMI : HIPMINET

Pedoman HIPMI
Baca Pedoman HIPMI

Mari Kita Berjuang menghadapi masa depan, dan mari bekerja-sama untuk mendapatkan yang terbaik dari yang terbaik.. (Jangan Pernah Anggap Kalian Lemah Karena Kami Membutuhkan Kalian) !!! HIDUP MAHASISWA


http://sofyanida.blogspot.com

1 komentar:

  1. Profesi apapun kita harus tetep jadi pengusaha gan. Karena Jiwa pengusaha itu tangguh dan ulet, apalagi sekarang udah jamanya MEA. Iya gak?

    ReplyDelete

http://sofyanida.blogspot.com

 
Toggle Footer