SOFYAN ASH SHIDDIEQY
D22113307

KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemampuan kepada kami untuk menyelesaikan makalah “Leadership Style and Stress in the Workplace”.
Bagi kami, dapat memahami Mata Kuliah ini secara sempurna merupakan suatu prestasi yang sangat dibanggakan. Namun, prestasi itu tidak mudah diraih, melainkan harus diperjuangkan. Melalui Tugas ini, kami bisa membantu diri kami sendiri dan teman-teman dalam meraih prestasi yang kami inginkan. Secara umum, makalah ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan dan pengendalian perusahaan.
Saya berharap tugas kami ini bermanfaat bagi kami dan bagi semua pihak. Saran dan kritik selalu kami tunggu demi masa depan saya yang lebih baik dimasa yang akan datang. Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen dan teman-teman sekalian yang telah mendukung kami  menyelesaikan tugas ini.

 





Gowa, 13  Desember 2014

                                                                                                   Sofyan Ash Shiddieqy





BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi, yang antara lain meliputi : kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja, dan sifat kooperatif. Kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Pendapat lain kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaankeluaran yang diharapkan dari studi perilaku organisasional adalah produktivitas, tingkat kemangkiran yang rendah serta kepuasan kerja.
stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang di pengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis,sebagai konsekuensi daritindakan lingkungan,situsi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah stres kerja didalam organisasi Dinas/Instansi menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien didalam pekerjaan.
Stres dapat terjadi pada setiap individu/manusia dan pada setiap waktu, karena stres merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindarkan. Manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia kurang mampu menyesuaikan antara keinginan dengan kenyataan yang ada,baik kenyataan yang ada di dalam maupun diluar dirinya. Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurangmengertian manusia akan keterbatasan dirinya sendiri. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasannya inilah yang akan menimbulkan frustasi, konflik, gelisah, dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar stres.
Lingkungan pekerjaan dalam suatu organisasi juga dapat mendorong terjadinya stressorkerja. Stress kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stress kerja. Stress kerja akan memberikan dampak pada lingkungan organisasi terutama dalam hal produktivitas kerja organisasi dan merugikan diri karyawan itu sendiri. Berdasarkan permasalahan ini penulis tertarik untuk membahas pengaruh kepemimpinan dalam perusahaan dan stress dalam bekerja yang berdampak pada pruduktivitas ketika berorganisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :
1.      Jelaskan pengertian pemimpin dan stress menurut para ahli ?
2.      Jelaskan gaya-gaya kepemimpinan ?
3.      Jelaskan jenis-jenis dan penyebab stress ?
4.      Jelaskan 3 jurnal yang berhubungan dengan kepemimpinan dan stress  dalam tempat kerja ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1.      Mengetahui pengertian pemimpin dan stress
2.      Mengetahui gaya-gaya kepemimpinan
3.      Mengetahui jenis-jenis dan penyebab stress
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memahami tentang kepemimpinan dan stress kerja serta menambah pengetahuan kita tentang stress kerja dan mengetahui cara-cara untuk menyikapinya.





BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN PEMIMPIN
a.              Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
b.             Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
c.              Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
d.             Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
e.              Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.

2.2  PENGERTIAN STRESS
a.       Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatus timulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikansebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkanyang berasal dari luar diri seseorang.
b.      Menurut Gibson et al (dalam Yulianti, 2000:9) mengemukakan bahwa stress kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagaistimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stressebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan padalingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatanyang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor.Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antarastimulus lingkungan dengan respon individu. Pendekatan stimulus-responmendefinisikan stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimuluslingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidak sekedar sebuahstimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan.
c.       Menurut Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan oleh  perbedaan  individu  dan  proses  psikologis,  sebagai  konsekuensi  daritindakan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang, Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungandan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.
d.      Menurut Baron & Greenberg (dalam Margiati, 1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapathalangan dan tidak bisa mengatasinya.

2.3  GAYA-GAYA KEPEMIMPINAN
2.3.1        Gaya Kepemimpinan, berdasarkan tugasnya yaitu :

Pengarah (directing)
 

Pembina (coaching)
 

Pendukukung (supporting)
 
 







Pendelegasi (delegating)
 
                                                     
  1. Pengarah (directing) : pengarah tinggi dan dukungan rendah, merumuskan sasaran, batasan waktu dan perioritas, memimpin rencana tindakan dan solusi, mengajarkan dan intruksi serta mendemostrasikan pekerjaan yang baik, mengawasi (supervisi ketat) dan lakukan umpan balik (cek apakah mengerti atau tidak) serta menghargai semangat dan pengalihan keterampilan, serta mengecek perkembangan bawahan.
  2. Pembina (coaching) : pengarahan tinggi dan dukungan tinggi, melibatkan individu bawahan atas penjelasan sasaran dan rencana tindakan tapi keputusan akhir ada pasa pemimpin, mendengarkan bawahan dan meminta masukan/ ide-ide dari bawahan, memuji proses, membantu/ mendorong, mengajarkan bawahan mengawasi keberhasilan dan kegagalan dan lakukan umpan balik, membagi pengalaman orang lain.
  3. Pendukukung (supporting) : pengarahan rendah dan berfungsi sebagai penasehat mendorong bawahan menentukan penerapan sasaran, rencana tindakan dan pemecahan masalah, pemimpin bertanya bagaimana cara saya membantu dan mengajukan pertanyaan terbuka, memberi sasaran cara menarik dan menantang, mereflesikan keberhasilan masa lampau untuk membangun rasa percaya diri, mendorong, memuji dan menghargai kompetensi dan membagi komitmen .
  4. Pendelegasi (delegating) : Pengarahan rendah dan dukungan rendah, mengaharapkan individu bawahan menangani dan memberi informasi pada orang lain termasuk kepada pemimpin, serta baawahan bertanggungjawab pada penetapan sasaran, rencana tindakan dan pengambilan keputusan (bawahan dibiarkan mengambil pimpinan) dan dan mengkonfirmasikan rencana tersebut, percaya kepada penilaian bawahan, individu bawahan terus melakukan inovasi, memberikan peluang agar bawahan turut membagi pengetahuan dan keterampilan serta mengajarkan orang lain, pengecekan motivasi bawahan secara periodik.
2.3.2        Gaya Kepemimpinan, berdasarkan sifatnya yaitu :

Otoriter
 

Partisipatif
 

Laissez-faire
 

Adaptif
 
 








1.Gaya Kepemimpinan Otoriter
Inilah salah satu gaya kepemimpinan paling klasik dan sering disebut sebagai “otokratik.” Seseorang yang menggunakan gaya kepemimpinan ini suka memberikan arahan atau instruksi mengenai apa yang harus dilakukan dan mengharapkan pegawainya untuk melaksanakannya sesuai dengan petunjuk yang ia berikan.
Contoh kasus : Seorang pegawai yang baru saja mulai bekerja. Kita mesti pahami bahwa individu ini adalah orang baru dalam perusahaan, sehingga belum memiliki banyak pengetahuan tentang kondisi perusahaan dan apa yang harus dikerjakan. Gaya kepemimpinan yang paling sesuai untuk diterapkan dalam kasus ini ialah gaya otoriter. Individu ini masih membutuhkan  arahan sampai bisa memahami dan belajar menjalankan tugasnya.

2. Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan ini cenderung lebih demokratis. Seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan partisipatif suka mencari masukan dan saran dari pihak lain. Mereka juga tidak segan untuk turun ke lapangan bersama-sama pegawai untuk menjalani dan memimpin proses pembuatan keputusan.
Contoh kasus : Sebuah masalah muncul dan harus diatasi sesegera mungkin. Seorang individu ialah bawahan yang sudah bekerja cukup lama, mereka sudah menguasai dasar-dasar pekerjaannya tetapi masih mempelajari atmosfernya. Pendekatan yang sesuai ialah gaya kepemimpinan partisipatif. Dengan demikian, Anda sebagai pemimpin bisa membuat orang ini berpartisipasi dalam pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki dan memberikan peluang bagi Anda untuk melihat seberapa baik mereka berkembang.

3. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire
Kita bisa menemui prinsip laissez faire dalam mekanisme pasar bebas. Dan seperti pasar bebas, perusahaan yang dijalankan oleh pemimpin yang gaya kepemimpinannya didominasi prinsip laissez faire juga cenderung ‘lepas tangan’. Ia tidak banyak turut campur dalam proses pengambilan keputusan sehingga ruang bagi bawahnnya untuk melahirkan insiatif sendiri.
            Contoh kasus : peluang penjualan besar datang menghampiri. Seorang individu bekerja sebagai tenaga penjualan yang paling berpengalaman dalam perusahaan Anda. Ia berhasil meraih penjualan besar. Pendekatan kepemimpinan yang paling sesuai bisa jadi ialah laissez faire. Anda tak perlu mengawasi apalagi memberikan instruksi kepadanya karena justru bisa kontraproduktif.

4. Gaya Kepemimpinan Adaptif
nilah gaya kepemimpinan yang memperhitungkan konteks lingkungan kerja dan kepribadian setiap individu yang dipimpin.
Contoh kasus : Bila individu yang sama berpengalamannya berada dalam posisi Anda dan Anda menyaksikan gedung yang Anda tempati tengah dilanda kebakaran, tentu Anda tidak akan berkata dengan santai bawah gedung sedang kebakaran. Konteks akan membimbing Anda untuk menggunakan pendekatan direktif untuk memberikan instruksi keluar dari gedung secepat mungkin.

2.4      JENIS-JENIS STRESS
Menurut Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua,yaitu:
1.      Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraanindividu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2.      Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikandengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

2.5 FAKTOR PENYEBAB STRESS KERJA
Menurut Robbin, penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:
1. Faktor Lingkungan.
 Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:
a.       Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.
b.      Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yangterjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalanganyang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapatmembuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karenaada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat parakaryawan terlambat masuk kerja.
c.       Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, makahotel pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yangmembuat karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikandiri dengan itu.
d.      Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orangAmerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.

2. Faktor Organisasi
            Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkanstres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugasdalam kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yangmenuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi beberapa  faktor  dimana  contoh-contoh itu terkandung di dalamnya.Yaitu:
a.       Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutanatau tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
b.      tuntunan peran yang berhubungan dengan tekanan  dan diberikan pada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yangdimainkan dalam organisasi  itu. Konflik peran menciptakanharapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan ataudipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkanuntuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan olehwaktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apayang harus dikerjakan.
c.       Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan olehkaryawan lain.Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekandan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkanstres yang cukup besar, khususnya di antara para karyawanyang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
d.      Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalamorganisasi, tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusanitu diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak  pada karyawan merupakan potensi sumber stress.

3.Faktor Individu
 Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutamafaktor-faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dankarakteristik kepribadian bawaan.
a.       Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsistenmenunjukkan bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang  sangat  berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitandisiplin anak-anak merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ketempat kerja.
b.      Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya keuangan mereka merupakansatu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.
c.       Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu  yang  penting  mempengaruhi  stres  adalah kodrat kecenderungandasar seseorang. Artinya gejala stres yang  diungkapkan  pada  pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalamkepribadian orang itu.


BAB III
PEMBAHASAN

Jurnal 1

Judul
Gaya Kepemimpinan Perempuan
Pengarang
Nina Zulida Situmorang
Tujuan
Difokuskan pada gaya kepemimpinan perempuan yang bertujuan menemukan model gaya kepemimpinan yang khas perempuan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kajian teoritik berdasar literature bersumber jurnal-jurnal penelitian, buku dan makalah lainnya. Berdasarkan penelusuran dengan tema gaya kepemimpinan diambil satu teori yang dapat dipakai untuk penelitian berikutnya untuk membuktikan teori tersebut.
Tempat Pelaksanaan
(Psikologi, ekonomi, sastra, arsitektur dan sipil) Universitas Gunadarma.
Waktu Pelaksanaan
Depok 18-19 Oktober 2011
Sample atau Populasi
9484 pria dan 9467 perempuan
Kesimpulan
Hasil Penelitian-penelitian, umumnya menunjukkan tidak banyak perbedaan dalam hal organisasi. Namun jika dihubungkan dengan gaya kepemimpinan terlihat adanya gaya tertentu khas perempuan, tapi bukan karena perbedaan jenis kelamin, namun lebih pada faktor karakteristik/ tuntunan pekerjaan. Karakteristik atau tuntutan pekerjaan dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan feminism-maskulin, feminism-transakksional, maskulin-transformasional dan transaksional-transformasional.
Komentar
Meneliti jurnal-jurnal, buku dan makalah dengan melakukan penelitian lebih banyak sample yaitu 9484 pria dan 9467 perempuan. informasi yang didapat merupakan informasi fakta dari orang yang merasakannya  ,Hal ini lebih efektif atau lebih detail dalam penelitian gaya kepemimpinan.  
Saran
Sample yang digunakan banyak dan waktu yang singkat, sehingga dalam penelitian lebih berhati-hati tentang gaya kepemimpinan karena salah sedikit dapat mempengaruhi hasil penelitian .
Link



Jurnal 2

Judul
Hubungan antara Stress Kerja dan Gaya Kepemimpinan Transaksional dengan Kinerja Karyawan PT XL Axiata Tbk IT (information technologi)
Pengarang
Ahmad Fachri
Tujuan
Tujuan penelitian ini diharapkan member masukan agar bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikoloogi industri dan organnisasi serta dapat diigunakan sebagai pedoman didalam penelitian lebih lanjut untuk mengkaji variabel-variabel lain yang berhubungan dengan stress kerja dan gaya kepemimpinan transaksional dengan kinerja.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Instrument penelitian yang digunakan berupa skala kerja, skala gaya kepemimpinan transaksional, dan skala kinerja dengan model skala Likert.
Tempat Pelaksanaan
Fakultas Psikologi
Waktu Pelaksanaan
November 2010
Sample atau Populasi
50 orang
Kesimpulan
Pengaruh untuk masing-masing aspek dari variable gaya kepemimpinan transaksional yang memberikan pengaruh mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar, dari hasil tersebut, perusahaan mencoba menerapkan aspek-aspek yang sesuai dengan hasil penelitian yang memberikan pengaruh positif signifikan agar dapat meningkatkan kinerja karyawan
Komentar
Dengan penelitian ini, karyawan lebih memaksimalkan lagi kemampuan yang dimilikinya, agar perusahaan pun tidak sia-sia dalam mengeluarkan reward yang telah diberikan kepada karyawannya.
Saran
Pada penelitian ini selanjutnya dapat meneliti gaya kepemimpinan transaksional dan kinerja karyawan dengan variable lain yang memiliki hubungan signifikan, karena dalam penelitian ini hanya gaya kepemimpinan transaksional yang memiliki hubungan signifikan terutama dari aspek imbalan kontingen.
Link


                       

Jurnal 3

Judul
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP STRES KERJA PADA PEGAWAI BAGIAN SEKRETARIAT DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI DKI JAKARTA  
Pengarang
Ratih Fajar Riany
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional terhadap stres kerja pada pegawai Sekretariat Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode penelitian kuantitaif adalah metode berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik yang bertujuan menguji hipotesis yang sudah ditetapkan.
Tempat Pelaksanaan
Provinsi DKI Jakarta 
Waktu Pelaksanaan
2014
Sample atau Populasi
51 dari 60
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional tidak memengaruhi secara signifikan terhadap stres kerja pada pegawai di Sekretariat Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, dimana hasil signifikasi antara gaya kepemimpinan transaksional terhadap stres kerja sebesar 0,459 dan hasil signifikansi antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap stres kerja sebesar 0,202. Untuk hasil perhitungan stres kerja pada penelitian ini, diketahui bahwa skor yang didapatkan berada pada kategori tinggi dengan presentase 35,3%. Dapat disimpulkan dari hasil uraian ini bahwa hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak, yang
berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional terhadap stres kerja
Komentar
Menurut saya teknik ini memberikan informasi yang valid, karena merespon 51 dari 60. Ini dirancang untuk kebenaran yang pasti dari data-data yang didapatkan.
Saran
Penelitian ini melibatkan responden yang cukup sedikit, hanya 51 dari 60 responden yang diharapkan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar memperluas populasi responden agar Lebih bermanfaat bagi pegawai lainnnya.
Link

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pemimpin yang sukses adalah apabila pemimpin tersebut mampu menjadi pencipta dan pendorong bagi bawahannya dengan menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan kinerja karyawannya.

Stress merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimanahal tersebut dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi dalam kerja dimana stress tersebut dapat bersumber dari emapt halyaitu tingkat individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi danekstraorganisasional. Keempat hal tersebut dapat menghasilkan stress yang  berbeda  pada  setiap  individu  tergantung  bagaimana  individu  Itu merespon stress tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat ditentukan bagaimana stress yang dialami seseorang tersebut.

4.2 Saran
Untuk menjalankan manajemen puncak seseorang di tuntut untuk memiliki kecakapan dan wawasan yang beragam, untuk itu untuk menduduki posisi tersebut seseorang di tuntut memiliki pengalaman – pengalaman yank panjang di bidang ini. Dan untuk menduduki posisi manajemen puncak ini harus memiliki tanggung jawab besar. Seorang direktur atau pemimpin memiliki tanggung jawab antara lain ;
1.     Memimpin pelaksanaan misi dan memberikn visi strategic
2.      Mengelola Proses Perencanaan Strategi

Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi  teknik   pengurangan  stress  yang  dapat digunakan serta menajemen stress tersebutdengan baik. Karena hal tersebut mampu mencegah stress dalam bekerja sertameningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain baik bagi karyawan/pekerja juga baik bagi perusahaan(lembaga)




DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2003. Pokok-Pokok Manajemen. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Sofyanida. 2014. Jurnal-Jurnal Tentang Kepemimpinan dan Stress. http://sofyanida.blogspot.com/2014/12/jurnal-jurnal-tentang-kepemimpinan-dan.html (diakses  13 Desember 2014).
Stoner, James dan Charles Wankel. 1988. Manajemen Edisi Ketiga. CV Intermedia : Jakarta.
Sutarto. 2006. Dasar-Dasar Kepemimpinan dalam Manajemen. PT Raja Grafindo : Jakarta.

Wibowo, Phil. 2007. Manajemen Kinerja. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta. 
http://sofyanida.blogspot.com

0 komentar:

Post a Comment

http://sofyanida.blogspot.com

 
Toggle Footer